Etika Berkendara dan Tanggapan Insiden Pengemudi Fortuner

by
Pengemudi Fortuner

greenhill-ciwidey.co.id – Ketika seorang pengemudi Fortuner berpelat TNI mengklaim kedekatannya dengan seorang jenderal setelah menabrak mobil lain di jalan tol, hal tersebut menimbulkan keprihatinan bagi para pakar keselamatan berkendara. Pengemudi fortuner tersebut seharusnya merespons kejadian tersebut dengan kepala dingin dan tanggung jawab, bukan dengan mengancam korban dengan pangkat dan jabatan tinggi.

” Baca Juga: Perdebatan Mengenai MSG dan Garam Dapur “

Komentar dari Pakar Keselamatan Berkendara

Menurut Direktur Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, mengancam pengguna jalan lain dengan pangkat dan jabatan tinggi hanya akan memperumit situasi. Tindakan semacam itu bisa menjadi viral dan mendapat penghakiman publik yang negatif. Sony menegaskan pentingnya merendah dan mengakui kesalahan sebagai upaya untuk menjaga budaya berkendara yang beradab.

Pentingnya Kepatuhan terhadap Etika dan Adab

Sony Susmana menekankan bahwa perilaku dasar dari adab adalah tidak membawa-bawa latar belakang pangkat atau jabatan dalam situasi seperti ini. Terlebih lagi, menonjolkan institusi negara dengan cara yang merendahkan orang lain tidaklah pantas. Mengakui kesalahan dan bertanggung jawab adalah langkah pertama yang harus diambil dalam menyelesaikan masalah.

Merendah dan Mengaku Salah: Kunci untuk Budaya Berkendara yang Beradab

Lebih baik bagi pengemudi yang terlibat dalam kecelakaan untuk merendah dan mengakui kesalahan mereka. Merendah dan mengaku salah bukanlah tanda kelemahan, melainkan tanda kedewasaan dan tanggung jawab. Dengan mengambil langkah-langkah ini, budaya berkendara yang lebih beradab dapat dipertahankan dan ditingkatkan.

Baca Juga :   Kapal KM Bintan Jaya 10 Tenggelam di Laut Jawa

Minta Maaf, Bertanggung Jawab, dan Introspeksi Diri

Menurut Sony Susmana, kunci penyelesaian masalah dalam situasi seperti ini adalah dengan meminta maaf kepada korban. Bertanggung jawab atas kesalahan yang telah dilakukan, dan melakukan introspeksi diri untuk menghindari terulangnya kesalahan di masa depan. Menghindari pembenaran diri atau ego yang keterlaluan hanya akan memperburuk situasi.

Keharusan untuk Mengendalikan Emosi

Pakar keselamatan berkendara juga menyoroti pentingnya mengendalikan emosi dalam situasi lalu lintas yang mungkin membuat seseorang kehilangan kesabaran. Meskipun lalu lintas padat dapat menimbulkan frustrasi, namun hal itu tidak boleh menjadi alasan untuk bertindak sembrono dan merugikan pengguna jalan lain.

” Baca Juga: Kondisi Rupiah: Melemah ke Rp16.250 di Awal Perdagangan “

Kesimpulan: Menjaga Budaya Berkendara yang Beradab

Dalam situasi lalu lintas yang menegangkan, penting bagi semua pihak untuk tetap tenang, merendah, dan bertanggung jawab. Dengan mengedepankan sikap hormat dan kesopanan, serta mematuhi aturan dan etika berkendara. Kita dapat menciptakan lingkungan lalu lintas yang aman dan beradab bagi semua.

No More Posts Available.

No more pages to load.